Kondusif.com, Menara Saidah yang menjulang setinggi 28 lantai di Jalan MT Haryono, Jakarta Timur, kini berdiri sunyi, tak lagi ramai oleh lalu lalang manusia dan kendaraan pribadi para eksekutif seperti pada masa jayanya.
Gedung ikonik bergaya Romawi ini menyimpan banyak kisah mulai dari sejarah panjang pembangunan, transisi kepemilikan, hingga cerita-cerita misterius yang mengundang penasaran publik.
Artikel ini akan mengulas tuntas tentang Menara Saidah tanpa sensasi berlebihan, namun tetap menggali fakta dan nuansa yang menyertainya.
Sejarah Singkat Menara Saidah
Gedung ini pertama kali dibangun pada era 1990-an oleh PT Mustika Ratu milik Mooryati Soedibyo, dengan nama Gedung Grancindo.
Namun tak lama kemudian, kepemilikan berpindah tangan kepada keluarga Saidah. Renovasi besar dilakukan, terutama pada bagian interior dan eksterior.
Membuat tampilan gedung sangat mencolok dengan pilar-pilar bergaya Yunani-Romawi klasik. Setelah rampung, namanya berubah menjadi Menara Saidah.
Pada masa awal 2000-an, Menara Saidah menjadi salah satu gedung perkantoran elite di Jakarta Timur.
Banyak perusahaan nasional hingga multinasional berkantor di sana.
Fasilitasnya lengkap, mulai dari lift modern, area parkir luas, hingga sistem keamanan 24 jam.
Namun sekitar tahun 2007–2008, aktivitas di dalam gedung mulai menurun drastis.
Hingga akhirnya, sekitar tahun 2010, gedung ini resmi ditinggalkan oleh seluruh penyewa dan dinyatakan tidak lagi digunakan untuk kegiatan perkantoran.
Arsitektur Bergaya Romawi yang Mencolok
Salah satu daya tarik Menara ini adalah arsitekturnya.
Gedung ini mengusung konsep neoklasik Eropa, lengkap dengan deretan pilar bergaya Corinthian dan ornamen ukiran yang rumit.
Kubah di bagian atas serta jendela-jendela besar berjajar simetris menambah kesan megah dan elegan.
Tak heran, saat masih beroperasi, Menara Saidah kerap dijadikan latar foto dan video iklan.
Sayangnya, keindahan visual tersebut tak dibarengi dengan keandalan struktur dalam jangka panjang.
Berdasarkan sejumlah laporan, ada dugaan bahwa pembangunan awal gedung ini tidak memenuhi standar rekayasa sipil secara menyeluruh.
Bahkan ada kabar bahwa struktur pondasi tidak cukup kuat menahan beban tinggi bangunan, sehingga memunculkan getaran-getaran aneh saat lift bergerak.
Kenapa Menara Saidah Ditinggalkan?
Pertanyaan besar publik adalah: mengapa gedung sebesar itu bisa kosong total? Ada beberapa versi jawaban.
1. Masalah Teknis dan Konstruksi
Beberapa sumber menyebutkan bahwa gedung ini mengalami kemiringan.
Bahkan, para pekerja dan penghuni kantor mengaku pernah merasakan gedung bergetar atau lift yang sering macet.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran keselamatan.