banner 720x220

Jangan Asal Positif Thinking, Ini Beda Antara Optimis dan Toxic Positivity

Kondusif.com, Perbedaan Optimis dan Toxic Positivity,- “Yang penting tetap positif!” Kalimat itu sering sekali kita dengar ketika seseorang sedang menghadapi masalah. Dari teman, keluarga, bahkan motivator di media sosial, saran untuk selalu berpikir positif terdengar begitu populer.

Padahal, berpikir positif yang berlebihan justru bisa menjadi bumerang.

Tanpa disadari, ada batas tipis antara optimisme yang sehat dan toxic positivity yaitu dorongan untuk selalu tampak bahagia dan mengabaikan perasaan sedih, marah, atau kecewa yang sebenarnya wajar dirasakan manusia.

Optimisme sejati bukan berarti menolak kesedihan, melainkan menerima realita dengan hati terbuka dan tetap percaya bahwa keadaan bisa membaik.

Apa Itu Optimisme?

Optimisme adalah kemampuan melihat peluang di tengah kesulitan tanpa menutup mata dari kenyataan pahit.

Orang yang optimis mampu berkata pada dirinya sendiri, “Ya, ini berat, tapi aku akan cari jalan keluar.”

Mereka tidak menolak rasa sedih, karena tahu bahwa emosi negatif adalah bagian dari proses penyembuhan.

Seseorang yang kehilangan pekerjaan, misalnya, tidak langsung menipu diri dengan mengatakan “semua baik-baik saja”.

Ia akan memberi ruang untuk kecewa, namun tetap berpikir, “Mungkin ini waktuku mencari peluang baru.”

Itulah bentuk optimisme yang sehat realistis tapi penuh harapan.

Lalu, Apa Itu Toxic Positivity?

Berbeda dengan optimisme, toxic positivity muncul ketika seseorang memaksa diri untuk selalu terlihat bahagia, seolah kesedihan adalah tanda kelemahan.

Misalnya, ketika ada teman sedang berduka, lalu seseorang menasihatinya dengan, “Sudahlah, jangan sedih.

Lihat sisi baiknya aja.” Atau ketika orang sedang stres, lalu disuruh, “Jangan dipikirin, yang penting bersyukur.”

Kalimat-kalimat seperti itu terdengar baik di permukaan, tapi sebenarnya bisa menyakiti.

Mengapa? Karena emosi negatif bukan untuk dihapus, tapi dipahami.

Menolak perasaan justru membuatnya terkubur dan bisa meledak di kemudian hari dalam bentuk stres, burnout, atau bahkan gangguan kecemasan.

Tanda Terjebak dalam Toxic Positivity

Ada beberapa tanda yang bisa diperhatikan:

Kamu selalu berusaha terlihat baik-baik saja meski sedang tidak kuat, merasa bersalah kalau sedih atau marah.

Kamu menolak curhat karena takut dianggap lemah.

banner 720x220

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *