“Presiden sangat mendukung reformasi struktural, termasuk penyederhanaan izin usaha, peningkatan kepastian hukum bagi investor, serta percepatan implementasi GovTech agar birokrasi lebih efisien,” kata Chatib Basri.
Kesempatan di Tengah Ketegangan Dagang AS-China
Selain tantangan, DEN juga melihat peluang bagi Indonesia di tengah kebijakan tarif AS terhadap China. Dengan diberlakukannya tarif impor sebesar 10% terhadap produk-produk China, ada potensi pergeseran basis produksi ke negara lain, termasuk Indonesia.
“Indonesia harus memanfaatkan peluang ini dengan memastikan iklim investasi yang lebih baik, kebijakan yang konsisten, serta kepastian usaha. Jika kita bisa menyediakan ekosistem yang mendukung, maka kita bisa menjadi destinasi investasi yang lebih menarik bagi perusahaan-perusahaan global,” ujar Chatib Basri.
Meski begitu, DEN menekankan bahwa Indonesia harus terus berbenah agar dapat benar-benar meraih manfaat dari dinamika ekonomi global ini. Stabilitas ekonomi, kepastian regulasi, dan reformasi birokrasi menjadi faktor kunci dalam menarik investasi asing.
“Tanpa reformasi, kesempatan ini hanya akan berlalu begitu saja,” pungkas Chatib Basri.
Kesimpulan: Arah Kebijakan Indonesia ke Depan
Pertemuan ini menegaskan bahwa Indonesia harus bersikap proaktif dalam menghadapi perubahan kebijakan ekonomi global, terutama yang berasal dari Amerika Serikat. Dengan reformasi struktural, digitalisasi birokrasi, dan strategi investasi yang tepat, Indonesia dapat memperkuat daya saingnya di tengah ketidakpastian ekonomi dunia.
Respon (1)