“Kalau bisa permanen, baik. Tapi permanen sampai berapa lama? Apakah dua kali pemilu? Tiga kali pemilu? Empat kali pemilu? Lima kali pemilu dan sebagainya?” ujar Paloh.
Asal-usul Wacana Koalisi Permanen
Gagasan ini pertama kali mencuat setelah Ketua Umum PKB yang juga menjabat sebagai Menko Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar (Cak Imin), menghadiri acara silaturahmi kebangsaan di kediaman Prabowo, Hambalang, Jawa Barat. Dalam pertemuan tersebut, Prabowo mengajukan konsep koalisi permanen di hadapan para elite partai politik yang tergabung dalam koalisi.
“Intinya, memperkuat koalisi. Pak Prabowo menawarkan koalisi permanen. Beliau meminta persatuan menjadi kunci utama pemerintahan,” ungkap Cak Imin kepada wartawan, Jumat (14/2).
PKB sendiri menyambut baik usulan tersebut. Menurut Cak Imin, koalisi yang lebih solid dapat mempercepat pembangunan nasional.
“Dan tentu PKB menyambut baik. Ini menjadi penguatan bagi percepatan pembangunan,” ujarnya.
Akankah Koalisi Ini Bertahan?
Wacana ini masih menjadi bahan diskusi di kalangan politisi. Di satu sisi, ide ini dinilai dapat memperkuat pemerintahan, menghindari instabilitas politik, serta memastikan kesinambungan kebijakan. Namun, di sisi lain, pertanyaan besar muncul: Seberapa lama “permanen” itu bertahan? Apakah koalisi ini akan tetap solid saat kepentingan politik masing-masing partai berubah di masa depan?
Sejauh ini, belum ada kesepakatan konkret. Namun, satu hal yang pasti, gagasan ini akan terus menjadi topik panas di panggung politik nasional.
Respon (2)