Kondusif.com,- Pandemi COVID-19 memang telah mereda, namun banyak orang masih bergulat dengan efek jangka panjang yang dikenal sebagai sindrom post-COVID.
Di tahun 2025, sindrom ini masih menjadi perhatian dunia medis karena memengaruhi kualitas hidup pasien meski mereka telah dinyatakan negatif COVID-19 selama berbulan-bulan.
Kondisi ini disebut juga sebagai Long COVID dan bisa terjadi pada siapa saja, tak peduli apakah gejala COVID-19 yang dialaminya dulu ringan atau berat.
Gejala Sindrom Post-COVID yang Paling Umum
Melansir berbagai sumber, beberapa gejala yang sering dilaporkan oleh para penyintas COVID-19 antara lain.
Kelelahan ekstrem yang tidak membaik meskipun sudah cukup istirahat.
Kemudian, brain fog atau kesulitan berpikir dan berkonsentrasi.
Lalu, sesak napas meski tidak sedang beraktivitas berat
Merasakan nyeri sendi dan otot yang muncul tanpa sebab jelas.
Mengalami gangguan tidur, termasuk insomnia atau tidur tidak nyenyak.
Mengalami gangguan pencernaan seperti mual, diare, atau perut kembung.
Kemudian, depresi dan kecemasan, sebagai dampak lanjutan dari gangguan fisik.
Tidak semua penyintas mengalami semua gejala tersebut. Namun, kombinasi dua atau lebih gejala bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Mengapa Gejala Ini Bisa Bertahan Lama?
Peneliti dan dokter masih mencari tahu pasti apa penyebab sindrom post-COVID, namun beberapa teori menyebutkan.
Sistem kekebalan tubuh yang terus aktif meski virus sudah hilang, peradangan kronis yang menyerang organ tubuh.
Kemudian, kerusakan organ akibat infeksi COVID-19 yang belum pulih sepenuhnya.
Catatan, setiap orang mengalami efek berbeda, tergantung kondisi kesehatan sebelum dan sesudah infeksi.
Cara Mengatasi Sindrom Post-COVID dengan Pendekatan Holistik
Mengelola sindrom post-COVID membutuhkan pendekatan komprehensif dan personal. Berikut beberapa cara yang bisa membantu.
1. Konsultasi Rutin dengan Dokter