banner 720x220

Opini: Menyoal Profesionalisme Penyidik dalam Proses BAP, Antara Fakta dan Rekayasa?

Ilustrasi Proses BAP oleh penyidik kepolisian. Gambar: Bob
Ilustrasi Proses BAP oleh penyidik kepolisian. Gambar: Bob

Beberapa kasus menunjukkan bahwa:

  • Tersangka dipaksa mengaku meskipun tidak bersalah
    Tekanan, intimidasi, hingga janji-janji tertentu menjadi alat untuk “membentuk” sebuah pengakuan, meski pengakuan tersebut bertolak belakang dengan fakta sebenarnya.
  • Korban merasa tidak mendapatkan keadilan yang layak
    Dalam beberapa kasus, korban justru merasa bahwa keterangannya tidak diakomodasi secara utuh, atau bahkan disesuaikan agar sejalan dengan skenario yang ingin dibangun penyidik.
  • Dugaan “tarif” dalam penyidikan
    Isu yang lebih serius adalah dugaan adanya transaksi di balik meja. Ada laporan yang menyebutkan bahwa barang bukti dalam kasus narkotika bisa dikurangi jika ada “uang pelicin.” Begitu pula dalam kasus lain, pasal yang dikenakan terhadap tersangka bisa lebih ringan jika ada “kesepakatan” dengan pihak tertentu.

Mengapa Ini Bisa Terjadi?

Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab maraknya praktik penyidikan yang tidak profesional dan penuh intervensi:

  1. Minimnya Pengawasan
    Jika penyidik tidak diawasi secara ketat, maka celah untuk penyalahgunaan wewenang akan semakin besar. Meskipun ada Propam di kepolisian, kenyataannya banyak penyimpangan yang lolos dari pengawasan.
  2. Faktor Ekonomi dan Budaya Korupsi
    Gaji penyidik mungkin sudah cukup, tetapi godaan untuk mendapatkan “penghasilan tambahan” tetap ada, terutama jika sudah menjadi kebiasaan di lingkungan tertentu.
  3. Kurangnya Keberanian dari Korban atau Tersangka
    Banyak orang yang merasa takut untuk melaporkan dugaan penyimpangan karena khawatir justru akan berujung pada kriminalisasi terhadap diri mereka sendiri.

Solusi: Harus Ada Reformasi Penyidikan

Mereformasi sistem penyidikan bukan perkara mudah, tetapi bukan berarti mustahil. Berikut beberapa langkah yang harus segera dilakukan:

  • Transparansi dalam Proses Penyidikan
    Setiap proses BAP seharusnya diawasi secara ketat, misalnya dengan rekaman video yang tidak bisa diedit atau dihapus.
  • Pengawasan Eksternal yang Lebih Kuat
    Tidak bisa hanya mengandalkan pengawasan internal kepolisian. Harus ada lembaga independen yang dapat menerima pengaduan dan bertindak secara profesional.
  • Peningkatan Kesadaran Hukum Masyarakat
    Korban, tersangka, dan masyarakat umum harus lebih memahami hak-hak mereka dalam proses hukum agar tidak mudah dimanipulasi oleh penyidik yang nakal.

Jika penyidikan terus dibiarkan menjadi arena transaksional, maka keadilan akan semakin jauh dari harapan. Penyidik seharusnya menjadi pencari kebenaran, bukan pedagang yang menjual pasal dan barang bukti demi keuntungan pribadi. Ini saatnya kepolisian membersihkan institusinya dari praktik-praktik yang mencederai hukum dan kepercayaan masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *