“Bulog tentu ingin hasil maksimal dalam penyerapan gabah petani, tetapi harus dipastikan bahwa proses ini tidak menimbulkan kesan intimidatif. Kehadiran aparat berseragam di tengah proses ekonomi bisa saja disalahartikan dan membuat petani merasa tidak leluasa,” jelasnya.
Karang Taruna: Alternatif yang Lebih Baik
Sebagai solusi, Saadiah menyarankan agar Bulog menggandeng Karang Taruna atau organisasi kepemudaan lainnya dalam membantu serapan gabah petani. Menurutnya, langkah ini tidak hanya lebih kondusif, tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang bagi generasi muda.
“Keterlibatan Karang Taruna akan memberikan manfaat ganda. Pertama, mereka lebih dekat dan diterima oleh masyarakat sehingga proses berjalan lebih natural. Kedua, ini bisa menjadi sarana pembinaan generasi muda agar mereka memahami pentingnya ketahanan pangan nasional,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Saadiah meminta pemerintah dan Bulog segera mengevaluasi kebijakan ini secara terbuka dan transparan. Menurutnya, pola kerja sama dalam penyerapan gabah harus memastikan bahwa petani merasa aman dan nyaman, sekaligus membuka peluang bagi pemuda untuk berperan aktif dalam pembangunan sektor pertanian nasional.