“Memang kegiatan ini menjadi kontroversial, terutama setelah video tersebut tersebar. Namun, tujuan kami murni untuk melindungi para siswi dari pergaulan bebas. Kami juga mendapatkan dukungan dari para orang tua,” tegas Sarman.
Reaksi Publik: Mendukung atau Mengecam?
Langkah ini memunculkan respons beragam dari masyarakat. Beberapa pihak mendukung, menganggapnya sebagai upaya preventif yang berani di tengah meningkatnya kasus pergaulan bebas di kalangan remaja. Namun, tak sedikit pula yang mengkritik kebijakan ini sebagai bentuk pelanggaran privasi dan stigmatisasi terhadap siswi.
Psikolog pendidikan, Dr. Mira Anindita, menilai bahwa kebijakan semacam ini perlu ada langkah evaluasi dengan pendekatan yang lebih manusiawi.
“Pencegahan pergaulan bebas bisa terantisipasi dengan edukasi seksual yang komprehensif dan pendekatan persuasif, tanpa menimbulkan rasa malu atau ketakutan pada siswa,” jelasnya.
Di samping itu, pihak SMA Sulthan Baruna berkomitmen untuk terus melaksanakan program ini selama dianggap bermanfaat dan mendapatkan dukungan dari orang tua. Meski demikian, evaluasi terhadap metode dan dampaknya perlu dilakukan untuk memastikan langkah ini benar-benar memberikan solusi tanpa menimbulkan dampak negatif bagi siswi.
Kisah ini menggambarkan Viral Tes Kehamilan, dilema antara upaya pencegahan kenakalan remaja dan pentingnya menghormati hak privasi siswa. Bagaimana menurut Anda? Apakah kebijakan ini adalah langkah yang tepat atau seharusnya ada cara lain yang lebih efektif?