banner 720x220
Viral  

Viral! Tagar #KaburAjaDulu: Seruan Pindah ke Negeri Orang, Apa Benar Indonesia Begitu Suram?

Belakangan, media sosial terutama platform seperti X (dulu Twitter) mendadak gempar dengan tagar #KaburAjaDulu.

Belakangan, media sosial terutama platform seperti X (dulu Twitter) mendadak gempar dengan tagar #KaburAjaDulu. Gambar: Istimewa.
Belakangan, media sosial terutama platform seperti X (dulu Twitter) mendadak gempar dengan tagar #KaburAjaDulu. Gambar: Istimewa.

Kondusif – Belakangan, media sosial terutama platform seperti X (dulu Twitter) mendadak gempar dengan tagar #KaburAjaDulu. Sebuah seruan yang terang-terangan mengajak orang untuk meninggalkan Indonesia dan mencari kehidupan baru di luar negeri. Lalu, kenapa tiba-tiba tagar ini menjadi viral? Apa yang sebenarnya melatarbelakangi seruan tersebut?

Rasa kecewa tampaknya menjadi benang merah di balik munculnya ajakan hijrah ke negeri orang. Kekecewaan terhadap situasi yang terasa semakin memburuk di dalam negeri menjadi salah satu alasan utama. Banyak yang merasa bahwa Indonesia, negeri yang mereka cintai, kini penuh dengan hal-hal negatif yang seolah-olah sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Keadaan yang tidak menentu dan sering kali penuh ketidakpastian ini membuat beberapa kalangan merasa bahwa lebih baik mencari peluang baru di luar sana.

“Daripada bertahan di negara yang tak jelas masa depannya, mending kabur aja dulu,” begitu ujar beberapa netizen.

Mereka berpendapat bahwa ada banyak jalan menuju kehidupan yang lebih baik, dengan beragam cara untuk meraih mimpi. Bisa dengan mencari pekerjaan, mendapatkan beasiswa, atau menemukan peluang lainnya yang mungkin lebih terbuka di luar negeri.

Bahkan, beberapa negara mulai disebut-sebut sebagai tujuan ideal untuk ‘kabur’. Jepang, Korea Selatan, Australia, Amerika Serikat, Jerman negara-negara ini mereka anggap sebagai tempat yang lebih menjanjikan dari segi pekerjaan, pendidikan, hingga kualitas hidup. Bagi mereka, masa depan di luar Indonesia tampak jauh lebih cerah. Sementara di negeri sendiri, Indonesia justru mereka anggap tidak memberikan banyak peluang.

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *