Jakarta,kondusif.com,— Ekonomi Indonesia menunjukkan tren positif di tengah ketidakpastian global. Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$19,48 miliar sepanjang Januari hingga Juni 2025. Ini menjadi bulan ke-62 berturut-turut Indonesia mencatatkan surplus sejak Mei 2020.
Surplus ini naik sebesar US$3,90 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Capaian tersebut didorong oleh ekspor yang mencapai US$135,41 miliar, melebihi impor sebesar US$115,94 miliar.
“Surplus ini ditopang oleh komoditas nonmigas sebesar US$23,81 miliar. Sementara komoditas migas masih defisit US$8,83 miliar,” jelas Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam konferensi pers (1/8).
Kinerja ekspor Indonesia naik 7,70 persen (yoy), utamanya ditopang sektor industri pengolahan seperti besi baja (naik 9,79%).
Kemudian, CPO (naik 24,81%). Sementara itu, ekspor batubara menurun 21,09 persen.
Tiongkok Jadi Mitra Utama
Tiga negara utama tujuan ekspor Indonesia adalah Tiongkok (22,83%), Amerika Serikat (11,52%), dan India (6,99%).
Produk andalan seperti besi, baja, dan produk nikel mendominasi ekspor ke Tiongkok, sementara alas kaki dan pakaian banyak diekspor ke AS.
Dari sisi impor, Tiongkok masih menjadi negara asal impor terbesar dengan nilai US$40 miliar.
Komoditas dominan yang diimpor mencakup mesin, kendaraan, dan perlengkapan elektrik.
Juni Inflasi
BPS juga mencatat adanya inflasi sebesar 0,30% pada Juli 2025.
Penyumbang inflasi utama berasal dari kelompok makanan, pendidikan, dan perumahan.
Inflasi tertinggi terjadi di Papua Pegunungan sebesar 1,65%, sedangkan satu-satunya provinsi yang mencatat deflasi adalah Papua.
Tak hanya itu, sektor pariwisata juga menunjukkan geliat. Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada Juni 2025 mencapai 1,42 juta kunjungan, naik 18,20% dibanding Juni 2024.