“Beberapa pembina OSIS dari sekolah lain sempat berkunjung. Mereka tertarik karena kami tidak hanya menyiapkan pengurus OSIS, tapi juga menumbuhkan jejaring pemimpin di tiap ekstrakurikuler. Itu membuat budaya kepemimpinan menyebar lebih luas,” ungkap Iman.
Ia menegaskan, SMPN 1 Ciamis terbuka jika ada sekolah lain ingin menerapkan model serupa.
“Kami tidak eksklusif. Kalau ada yang mau meniru, silakan. Semakin banyak sekolah membina pemimpin muda, semakin baik untuk dunia pendidikan kita,” ujarnya.
LDKS sebagai Perisai Moral dan Sosial
Selain melatih kepemimpinan, LDKS juga berfungsi sebagai benteng moral bagi siswa.
Iman menegaskan bahwa kegiatan ini menanamkan kesadaran untuk peduli terhadap lingkungan sosial sekolah.
“Kami ajarkan anak-anak untuk berani menegur teman yang berbuat tidak pantas, bahkan melaporkan jika melihat hal yang membahayakan,” katanya tegas.
Menurutnya, langkah preventif ini sudah membuahkan hasil.
Beberapa pelanggaran di sekolah berhasil terdeteksi berkat laporan siswa sendiri.
“Mereka tidak diam. Mereka peduli. Itu bukti bahwa LDKS benar-benar mengubah cara mereka memandang tanggung jawab sosial,” ujarnya.
Seleksi Akhir Menuju Kepemimpinan Nyata
Usai kegiatan, peserta tidak langsung dinobatkan menjadi pengurus.
Mereka harus melewati psikotes, tes tulis, dan wawancara.
Proses itu memastikan hanya siswa terbaik yang layak menjadi pengurus OSIS dan MPK.
“Kami mencari pemimpin yang mumpuni, bukan yang populer. Kami ingin hasil seleksi yang ketat agar organisasi berjalan dengan kualitas,” kata Iman menutup perbincangan.
Melalui LDKS, SMPN 1 Ciamis membuktikan bahwa pendidikan karakter tidak cukup diajarkan lewat teori.
Ia harus dijalani, dirasakan, dan dihidupi.
Dari ruang kelas hingga lapangan sekolah, nilai-nilai kepemimpinan tumbuh bersama semangat anak muda yang belajar menjadi teladan bukan karena perintah, tetapi karena kesadaran.