“Anak-anak ini bukan beban sosial, mereka potensi. Polisi hadir bukan untuk menertibkan mereka, tapi untuk melindungi,” sambung KBO Binmas Polres Ciamis, Amru.
Pendidikan sebagai Tanggung Jawab Sosial
Pendiri Sekolah Alternatif Ciamis, Nepi Anjani dan Alan Fauzi, menyampaikan pesan tegas.
Menurut mereka, yang dilakukan ini bukan sekadar amal atau bentuk belas kasihan, melainkan kewajiban.
“Kami tidak sedang membangun sekolah biasa, kami membangun ruang pemulihan dan kepercayaan,” ujar Nepi.
“Ini bukan kegiatan sosial sesaat, ini tanggung jawab kolektif kita semua,” timpal Alan.
Di tengah sistem pendidikan formal yang kaku dan minim jangkauan, gerakan akar rumput seperti ini menjadi solusi nyata.
Bukan menggantikan sekolah formal, melainkan melengkapinya di titik-titik yang selama ini luput.
Mahasiswa dan Gerakan Hati
Organisasi mahasiswa mengambil peran penting. Ketua Cabang PMII Ciamis, Muhamad Rifa’i, menyatakan pentingnya keberanian untuk hadir di ruang-ruang yang dilupakan negara.
“Gerakan mahasiswa tak hanya soal demonstrasi. Kami ingin hadir di ruang-ruang sunyi, tempat anak-anak membutuhkan teman, bukan hanya guru,” katanya.
Ketua KOPRI PMII Unigal, Intan, juga menegaskan pentingnya peran pendamping dalam membangun relasi yang hangat dan manusiawi.
“Mengajar bisa siapa saja. Tapi menemani dengan hati, itu butuh panggilan jiwa,” ucapnya.
Tiga tahun perjalanan ini adalah pengingat. Bahwa pendidikan bisa tumbuh dari trotoar, dari emperan toko, dari perpustakaan kota yang sepi, dan dari hati-hati yang masih peduli.
“Mari kita hidupkan kembali kepedulian. Bangun lebih banyak ruang belajar. Perkuat kolaborasi lintas sektor. Karena di Ciamis, setiap anak berhak belajar tanpa kecuali,” tutup Intan.