Warga menilai, proses verifikasi dan survei yang terlalu panjang seringkali hanya menjadi formalitas tanpa kepastian tindakan nyata.
“Kalau bisa jangan nunggu ada korban dulu baru turun tangan. Banyak rumah warga yang sudah lapuk, tapi bantuannya entah kapan datang,” keluh salah seorang tetangga Dedah.
Kisah Dedah mencerminkan betapa rentannya masyarakat miskin yang tinggal di rumah tak layak huni.
Bantuan yang seharusnya datang untuk mencegah bencana justru baru mengalir setelah musibah menimpa.
Meski begitu, warga kini berharap langkah cepat pemerintah pascakejadian menjadi titik balik agar kasus serupa tak lagi terulang.
Transparansi, kecepatan, dan ketegasan dalam menyalurkan bantuan diyakini bisa menjadi kunci agar warga miskin tidak lagi
“dibiarkan menunggu” hingga rumahnya benar-benar rata dengan tanah.