Peningkatan devisa melalui sektor pariwisata. Wisatawan asing lebih nyaman bertransaksi, memperlancar belanja di merchant lokal tanpa perlu menukar uang tunai.
Memperluas ekosistem UMKM digital. Pelaku UMKM Indonesia bisa menjangkau pasar luar negeri, bahkan hanya dengan QR code.
Penguatan sistem keuangan inklusif. Masyarakat Indonesia di luar negeri juga dapat mengakses transaksi digital lintas batas secara cepat dan murah.
Semua ini mendukung misi Indonesia menjadi poros ekonomi digital ASEAN.
Seperti yang ditegaskan dalam berbagai forum internasional, termasuk G20 dan ASEAN Summit.
Meski potensinya besar, implementasi QRIS sebagai senjata soft power masih menghadapi tantangan.
Dari mulai kesiapan infrastruktur di daerah perbatasan dan luar negeri, literasi digital masyarakat dan pelaku UMKM.
Kemudian dari segi standar keamanan siber dan proteksi data.
Bank Indonesia bersama Kementerian Luar Negeri dan mitra strategis lain terus mengembangkan kebijakan teknis dan diplomasi ekonomi.
Untuk memperluas pengaruh QRIS ke lebih banyak negara mitra, termasuk Jepang, Korea Selatan, hingga Uni Emirat Arab.
Dengan demikian, QRIS bukan sekadar teknologi pembayaran, melainkan wajah baru diplomasi digital Indonesia.
Ia mencerminkan arah kebijakan luar negeri yang cerdas, berbasis teknologi, dan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemimpin ekonomi digital di kawasan.
Di era ketika kekuatan tidak lagi hanya ditentukan oleh senjata dan sumber daya alam.
QRIS juga menjadi bukti bahwa soft power bisa hadir dalam bentuk kode QR kecil secara visual, tapi besar pengaruhnya secara strategis.