Struktur kepemilikan saham pasca-merger menunjukkan dominasi PT Insani Investama yang menggenggam 93% saham.
Sementara itu, Alex Iskandar Widjaja memiliki 5,67%, Hermingsih 0,33%, dan Koperasi Karyawan Insani sebesar 1%.
Susunan dewan komisaris dan direksi pun telah disiapkan.
Wymbo Widjaksono akan menjabat sebagai Komisaris Utama.
Didampingi oleh Mulyadi Utomo Budhi Moeljono serta dua komisaris independen, Hannanto dan Sutarjo.
Di jajaran direksi, Lay Yosafat Saputro memegang posisi Direktur Utama.
Ia dibantu oleh Johannes Handoko (Direktur Bisnis), Vivi Wibisono (Direktur Operasional), Retno Yulianingsih (Direktur SDM), dan Yakub Deny Haryanto (Direktur Kepatuhan).
Efisiensi & Digitalisasi Jadi Kata Kunci
Merger BPR ini mencerminkan arah baru sektor keuangan yang kini semakin menekankan efisiensi operasional dan pemanfaatan teknologi digital.
Penurunan jumlah kantor cabang tidak hanya mengurangi biaya, tetapi juga menjadi strategi adaptasi atas perubahan perilaku nasabah yang kini lebih memilih layanan daring ketimbang kunjungan fisik.
Meski berdampak pada sejumlah pegawai, OJK memastikan bahwa bank-bank yang terdampak telah melakukan pelatihan ulang dan realokasi tenaga kerja secara profesional.
“PHK massal tidak menjadi persoalan besar karena pelaksanaan hak-hak pekerja dilakukan sesuai ketentuan,” tambah Dian.
Langkah merger empat BPR ini diyakini akan memperkuat posisi keuangan dan operasional entitas baru.
Sekaligus menjadi contoh konsolidasi yang relevan di tengah gelombang transformasi digital sektor keuangan Indonesia.