Pelepasan merpati dilakukan tepat setelah prosesi Pedang Pora dan sebelum perkenalan Kapolres Ciamis yang baru.
Saat kedua merpati melesat ke angkasa, pandangan seluruh hadirin tertuju ke atas.
Mereka terbang beriringan, sempat melingkari halaman Mapolres, seolah memberi penghormatan terakhir sebelum menghilang di kejauhan.
Tradisi ini tidak hanya memberi makna simbolik pada acara pelepasan jabatan, namun juga menyampaikan pesan moral.
Bahwa dalam setiap perpindahan tugas, harus ada ketulusan, keikhlasan, dan harapan baik yang diterbangkan bersamaan.
Dalam budaya kepemimpinan, terutama di lingkungan Polri, simbol-simbol seperti merpati putih menjadi bentuk komunikasi spiritual antara pemimpin dan lembaga.
Ia menyampaikan pesan yang tak terucapkan: bahwa jabatan adalah amanah yang datang dan pergi, namun nilai dan jejak pengabdian akan selalu melekat di hati institusi dan masyarakat.
Dengan segala kehormatan dan prosesi yang dijalani, AKBP Akmal dilepas bukan hanya sebagai pejabat yang selesai masa tugasnya.
Tetapi sebagai sosok yang meninggalkan nilai, jejak pengabdian, dan cinta tulus di tanah Galuh Ciamis.
