Selama ini, petani masih banyak bergantung pada dukungan benih dari pemerintah pusat, provinsi, maupun APBD Kabupaten.
“Kami berharap ada tambahan bantuan dari APBD, sehingga luas lahan jagung bisa ditingkatkan kembali. Sebab, kebutuhan jagung jauh lebih tinggi dibandingkan dengan produksi kita saat ini,” jelasnya.
Meski begitu, Lia memastikan bahwa pemasaran jagung di Ciamis tidak mengalami kendala berarti.
Permintaan pasar yang tinggi menjadikan hasil panen selalu terserap dengan baik.
Harga standar minimal Rp 5.500 per kilogram juga menjadi jaminan agar petani tetap memperoleh keuntungan.
Optimisme Menuju Swasembada
Dengan kondisi tersebut, DPKP Ciamis tetap optimistis swasembada jagung dapat terwujud melalui kerja sama semua pihak.
Sinergi pemerintah, aparat kepolisian, kelompok tani, hingga Bulog diharapkan bisa memperkuat ketahanan pangan daerah dan nasional.
“Selama kebutuhan jagung terus meningkat, kita harus pastikan lahan tanam tetap produktif. Panen raya kali ini jadi bukti bahwa Ciamis siap mendukung swasembada pangan 2025,” pungkas Lia.