Kemudian, masalah lain yang tak kunjung tuntas adalah krisis pupuk.
“Selama struktur mafia pupuk tidak dibongkar, swasembada pangan hanya akan menjadi ilusi,” ujar Rifa’i.
Krisis Petani Ciamis
Kekhawatiran lain adalah krisis petani Ciamis. Data Dinas Pertanian menyebut hanya ada 389 petani muda di Ciamis, dan yang aktif tinggal 290 orang.
Jika tren ini berlanjut, dalam 15–20 tahun ke depan, Ciamis berpotensi kehilangan fondasi agrarisnya.
“Ironis sekali, Ciamis yang ingin jadi pusat pertanian modern justru ditinggalkan generasi mudanya. Profesi petani dianggap tidak menjanjikan,” ucap Rifa’i.
Tuntutan PMII
Oleh karena itu, dalam momentum Hari Tani Nasional 2025, PMII Ciamis menyerukan agar pemerintah daerah menjamin akses lahan, modal, pupuk, dan pasar yang adil.
Kemudian, membuat juga program nyata regenerasi seperti Gerakan 1000 Petani Muda.
Lalu, membongkar mafia pupuk dan tata niaga timpang.
Terakhir, menyusun kebijakan pertanian partisipatif, bukan sekadar teknokratis top-down.
“Pertanian tidak boleh sebatas label kabupaten organik atau proyek swasembada pangan. Kedaulatan pangan hanya mungkin tercapai bila petani sejahtera, lahannya terlindungi, dan generasi mudanya kembali percaya bahwa bertani adalah masa depan,” tutup Rifa’i.