Ia menilai banyak situs, fosil, dan artefak sejarah di Ciamis yang belum tercatat di instansi terkait.
Museum itu, menurutnya, akan menjadi pusat edukasi sekaligus penguatan identitas daerah.
Museum Selagangga Jadi Inspirasi
Herdiat juga meninjau Museum Selagangga yang menyimpan koleksi perjuangan masyarakat Galuh.
Ia memuji kondisi peninggalan bersejarah yang masih terawat.
“Ini patut kita rawat, patut kita pelihara, dan patut kita jaga. Jangan sampai nanti anak cucu kita tidak mengenal lagi siapakah ruluh-ruluh kita,” kata Herdiat.
Ia menitipkan pesan khusus kepada Yayasan Kusuma Winata untuk menjaga kelangsungan museum, dengan janji dukungan dari pemerintah daerah.
Segitiga Emas Syiar Islam
Selain peringatan Maulid Nabi, acara di Keraton Selagangga juga menandai 200 tahun syiar Islam.
Momentum itu menegaskan pentingnya segitiga emas sejarah: Kanoman Cirebon, pesantren di Tatar Galuh, dan Keraton Selagangga.
Ketiganya menjadi poros penyebaran Islam, pengembangan ilmu, dan pelestarian kebudayaan di Jawa Barat.
Herdiat mengingatkan generasi muda agar tidak abai terhadap sejarah.
“Kawula muda Tatar Galuh harus menghargai sejarah dan perjuangan para pendahulu, karena hal tersebut merupakan jati diri warga Tatar Galuh,” ujarnya.
Sejarah, Identitas, dan Humor
Acara di Keraton Selagangga tidak hanya menegaskan komitmen menjaga sejarah Galuh, tetapi juga menghadirkan momen humanis lewat humor Herdiat.
Di tengah deklarasi, penyematan iket, dan gagasan pembangunan museum, guyonan soal amplop menjadi pengingat bahwa pemimpin pun bisa hadir dengan cara sederhana: dekat dengan masyarakat, tanpa kehilangan wibawa.