“Kalau sepuluh perdamaian Galuh ini benar-benar dijalankan, bukan hanya Ciamis, dunia pun akan terasa damai,” ucap Anton, disambut tepuk tangan.
Bupati Ciamis Herdiat Sunarya menambahkan bahwa nilai itu bukan sekadar teks sejarah, melainkan kewajiban moral orang Galuh.
“Kita wajib menjaga Tatar Galuh. Budaya kita adalah kasih sayang, musyawarah, dan saling menyayangi,” tegasnya.
Generasi Muda dan Pendidikan Perdamaian
Peringatan tahun ini juga melibatkan ratusan pelajar dari SD hingga SMA.
Keterlibatan mereka menunjukkan bahwa warisan damai tidak hanya untuk menjadi kenangan semata, tetapi harus tertanam sejak dini.
Dengan cara itu, generasi baru Galuh bisa tumbuh sebagai penerus yang menolak kekerasan dan mengedepankan dialog.
Dari Ritual ke Aksi Nyata
Prosesi menabuh Gong Perdamaian Dunia menjadi penutup acara, mengikat semua yang hadir dalam doa kolektif.
Namun makna sejatinya lebih luas: ajakan agar nilai leluhur Galuh tidak berhenti pada seremoni tahunan, melainkan terwujud dalam tindakan sehari-hari.
Sebagaimana pesan Herdiat, menjaga Galuh berarti merawat perdamaian.
Dan sebagaimana gong yang hanya ditabuh pada momen khusus, suara harmoni itu harus terus dijaga agar tidak hilang ditelan hiruk pikuk zaman.