Kondusif.com — Sejarah mencatat nama Fatahillah sebagai sosok panglima perang yang gagah berani, penakluk Portugis di Sunda Kelapa, sekaligus pendiri kota Jayakarta, cikal bakal Jakarta. Kisahnya bukan hanya tentang peperangan dan strategi militer, tetapi juga tentang perjuangan mempertahankan identitas, agama, dan budaya Nusantara dari cengkeraman bangsa asing.
Dari Pasai ke Tanah Jawa: Jejak Perjalanan Seorang Pejuang
Fatahillah, yang juga dikenal sebagai Faletehan, lahir pada tahun ga di Pasai, Aceh Utara. Ia bukan orang sembarangan darah keturunan Bani Hasyim mengalir dalam dirinya, silsilah yang dipercaya berasal dari Nabi Muhammad. Ayahnya, Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, adalah seorang pembesar dari Mesir, sementara ibunya, Nyai Rara Santang, merupakan putri Raja Pajajaran.
Sejak muda, Fatahillah sudah mengenal dunia ilmu dan keislaman. Ketika Pasai jatuh ke tangan Portugis, ia hijrah ke Mekkah untuk memperdalam ilmu agama dan strategi kepemimpinan. Setelah bertahun-tahun merantau, ia kembali ke Nusantara dan mengabdi pada Kesultanan Demak, yang saat itu berada di bawah kepemimpinan Sultan Trenggana.
Keberanian dan kebijaksanaannya membuat Fatahillah dipercaya untuk menjalankan misi penting: menyebarkan Islam ke wilayah barat Pulau Jawa dan mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Dengan kekuatan 2.000 prajurit dan 20 kapal perang dari Demak dan Cirebon, ia berlayar menuju tanah yang kelak menjadi medan pertarungan bersejarah.
Penaklukan Sunda Kelapa: 22 Juni 1527, Hari Kemenangan
Ekspedisi Fatahillah dimulai dengan menaklukkan Banten pada tahun 1526, pelabuhan strategis Kerajaan Sunda yang masih beragama Hindu. Setelah menguasai Banten, ia melanjutkan langkahnya ke Sunda Kelapa, kota pelabuhan utama Kerajaan Sunda yang sudah menjalin hubungan dagang dengan Portugis.