Namun, itu belum berakhir. Pada pertengahan Desember, pelaku kembali menghubunginya, kali ini dengan dalih mengadakan bimbingan teknis (bimtek) bagi calon pemasok MBG. Lagi-lagi, pelaku meminta korban membayar sejumlah uang untuk mengikuti kegiatan tersebut.
“Biaya bimtek berbeda-beda tergantung daerah. Di Kota Tasikmalaya Rp 2,2 juta, di Ciamis bisa Rp 8,5 juta hingga Rp 11 juta, bahkan di Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya, ada yang mencapai Rp 20 juta,” jelasnya.
Kerugian Mencapai Ratusan Juta
Di antara para korban, Moena adalah yang paling terdampak. Berharap program ini benar-benar nyata, ia membangun dapur gizi lengkap beserta kantor sesuai persyaratan yang pelaku janjikan untuk menjadi pemasok program MBG. Bahkan, ia sampai berutang untuk menutup biaya tersebut.
“Awalnya hanya kebun, lalu kami garap dan bangun dapur gizi. Modal yang tidak ada pun saya usahakan, bahkan sampai berutang,” ungkapnya.
Belakangan, ia mulai mencurigai keabsahan program ini. Bersama Kodim 0612 Tasikmalaya, ia menelusuri kebenaran informasi para pelaku. Hasilnya, program yang mengatasnamakan program MBG ini ternyata tidak memiliki keterkaitan dengan program resmi pemerintah dan ada dugaan kuat merupakan bagian dari sindikat penipuan.
“Saya sudah bangun dapur dan kantor. Untuk bangunan saja habis Rp 300 juta, belum termasuk akomodasi kendaraan. Jika dihitung total, kerugian saya mencapai sekitar Rp 800 juta,” pungkasnya.
Kasus ini menjadi peringatan bagi masyarakat agar lebih waspada terhadap tawaran bisnis yang terdengar menggiurkan, terutama jika mengatasnamakan program pemerintah tanpa kejelasan informasi resmi.