Jakarta, Kondusif – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait musim kemarau 2025 yang diperkirakan akan dimulai pada Mei dan mencapai puncaknya pada Juni hingga Agustus. Kondisi ini membutuhkan antisipasi dari berbagai sektor guna mengurangi dampak negatif terhadap masyarakat dan perekonomian nasional.
Kepala BMKG, Dwi Korita Karnawati, menekankan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi musim kemarau yang berpotensi membawa tantangan, seperti berkurangnya ketersediaan air bersih hingga meningkatnya risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Kami mengimbau masyarakat dan berbagai sektor, terutama pertanian dan kehutanan, untuk segera bersiap menghadapi musim kemarau. Pengelolaan sumber daya air harus dioptimalkan sejak dini agar ketersediaannya tetap terjaga,” ujar Dwi Korita dalam keterangannya, Sabtu (15/3/2025).
BMKG telah melakukan analisis mendalam terhadap pola iklim dan cuaca dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi musim kemarau tahun ini. Menurutnya, pola curah hujan akan bervariasi di berbagai wilayah, sehingga diperlukan strategi mitigasi yang berbeda-beda.
Dampak dan Antisipasi di Berbagai Wilayah
Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa beberapa wilayah masih akan mengalami curah hujan tinggi pada April, sebelum memasuki periode kering pada Juni dan Juli. Namun, sejumlah daerah di bagian timur Indonesia diperkirakan tetap berpotensi mengalami curah hujan yang lebih tinggi dibanding wilayah lainnya.