banner 720x220

Bitcoin Anjlok ke Bawah USD 99.000 Imbas Ketegangan AS-Iran

Foto: web
Foto: web

Namun, angka itu menurun drastis pada Kamis menjadi nol, dan pada Jumat hanya tercatat USD 6,4 juta.

Hal ini menunjukkan sikap wait and see dari investor institusi, yang menunggu kepastian arah kebijakan AS.

“Investor ritel perlu memahami bahwa volatilitas adalah bagian dari ekosistem kripto. Namun bukan berarti selalu berbahaya. Bagi mereka yang berpengalaman, justru saat seperti ini bisa jadi momentum untuk masuk dengan valuasi menarik,” ujar Antony.

Ancaman Kenaikan Inflasi dan Dampaknya terhadap Kripto

Di sisi lain, JPMorgan memperkirakan harga minyak bisa melonjak ke USD 130 per barel apabila Iran menutup Selat Hormuz.

Kenaikan harga minyak dapat menyebabkan inflasi AS kembali mendekati 5%, yang berpotensi memaksa The Fed untuk mempertimbangkan kenaikan suku bunga lanjutan.

Ancaman inflasi ini turut mendorong peralihan dana dari aset berisiko seperti kripto ke aset yang lebih aman, seperti obligasi dan emas.

Kondisi ini menambah tekanan pada pasar kripto global.

Tetap Optimistis dalam Tren Jangka Panjang

Meski situasi jangka pendek tampak penuh tekanan, Antony menyebut bahwa tren siklus pasca-halving Bitcoin yang terjadi pada April 2024 masih berada dalam jalur naik historis.

“Secara fundamental, Bitcoin tetap kuat. Jumlahnya terbatas, dan penerimaan institusional terus bertumbuh. Tekanan saat ini adalah bagian dari dinamika musiman yang biasa terjadi,” katanya.

Sebagai pemain utama di industri kripto Tanah Air, INDODAX terus berkomitmen dalam memberikan edukasi dan transparansi kepada para penggunanya.

“Kami juga terus menjalin kerja sama dengan otoritas terkait untuk memastikan bahwa aktivitas perdagangan kripto di Indonesia berjalan aman, sesuai regulasi, dan bisa dipercaya,” tutup Antony.

banner 720x220

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *