“Kali ini kita tidak perlu investor asing. Sesuai kebijakan Presiden, kita akan memanfaatkan sumber daya nasional. Yang kita butuhkan dari mereka hanya teknologi. Sementara pendanaan akan berasal dari pemerintah dan swasta nasional, bahan bakunya dari dalam negeri, serta off taker-nya juga dari kita sendiri,” tegas Bahlil.
Proyek DME ini akan dikembangkan di beberapa wilayah strategis, seperti Sumatra Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Selain itu, hilirisasi juga akan diterapkan di sektor pertambangan, termasuk pengolahan tembaga, nikel, dan bauksit hingga menjadi alumina. Sektor perikanan, pertanian, dan kehutanan pun masuk dalam prioritas pengembangan.
Presiden Prabowo telah menetapkan 26 sektor komoditas sebagai prioritas hilirisasi nasional, mencakup mineral, minyak dan gas, perikanan, pertanian, perkebunan, serta kehutanan. Selain memperkuat ketahanan energi dan industri nasional, program ini juga diproyeksikan menciptakan banyak lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia.
“Dampaknya akan sangat besar terhadap penciptaan lapangan kerja. Kami akan mengumumkan angka pastinya di kesempatan berikutnya, tetapi yang jelas ini adalah kombinasi antara industri padat karya dan padat teknologi. Tujuan utama investasi ini adalah menciptakan lapangan pekerjaan berkualitas, meningkatkan nilai tambah, serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” ungkap Bahlil.
Dengan perencanaan yang matang dan dukungan dari berbagai pihak, pemerintah optimistis bahwa proyek-proyek hilirisasi ini akan memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global.*** Sumber : BPMI SETPRES