Lebih lanjut, larangan study tour yang tertuang dalam Surat Edaran Gubernur No. 45/PK.03.03 KESRA telah menjadi hantaman hebat bagi sektor transportasi wisata.
Bus-bus yang dahulu ramai disewa kini hanya menjadi besi raksasa yang terparkir tanpa tujuan.
Bus yang Menganggur, Keluarga yang Tergantung
Selain itu, setiap bus yang hadir di video itu bukan hanya unit kendaraan.
Ia adalah rumah kedua bagi sopir, harapan ekonomi bagi keluarga, dan simbol perjuangan hidup dari industri yang sering kali terpinggirkan.
“Kalau bus tidak jalan, artinya sopir tidak kerja. Kalau sopir tidak kerja, anaknya tidak sekolah. Sederhana, tapi nyata,” lanjut Dian.
Mereka Tidak Minta Dikasihani, Hanya Ingin Didengar
Lebih lanjut, aksi damai yang terekam itu menggambarkan protes dalam bentuk paling santun, paling kuat, dan paling jujur. Tidak ada benturan.
Selaim itu, tidak ada kemarahan. Yang ada hanya bunyi klakson dan keteguhan hati.
Di akhir video, pemandangan dari atas atap bus menangkap panjangnya iring-iringan yang diam.
Tapi dalam diam itu, tersimpan ribuan suara yang ingin didengar oleh mereka yang berada di ruang keputusan.
Aksi di Gedung Sate bukan hanya soal membunyikan klakson. Tapi soal keberanian menyampaikan aspirasi lewat cara yang unik, damai, dan tak bisa diabaikan.
Suara telolet hari itu, lebih nyaring dari orasi. Lebih dalam dari poster. Dan lebih jujur dari data.
Karena hari itu, bus-bus di Jawa Barat bicara. Dengan suara mereka sendiri.