Bendera komunitas, organisasi pengusaha otobus, hingga spanduk tuntutan mewarnai halaman depan Gedung Sate.
Aksi berlangsung tertib dan damai, dengan pengawalan aparat kepolisian.
Dalam orasi-orasinya, peserta aksi menegaskan bahwa mereka bukan menolak regulasi, namun meminta adanya evaluasi dan komunikasi dua arah.
Mereka menilai, selama ini pengambilan kebijakan terlalu sentralistik dan minim pelibatan pelaku usaha di lapangan.
“Kami di bawah hanya ingin didengar. Kami bukan pembuat keputusan, tapi kami yang menanggung risikonya,” kata Dian.
Aksi Damai Larangan StuHarapan untuk Dialog Terbuka
Di akhir aksinya, para peserta menyerahkan pernyataan sikap kepada perwakilan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Mereka berharap surat edaran tersebut dapat segera ditinjau kembali, dengan melibatkan stakeholder terkait secara terbuka.
“Kami tidak ingin ada demo lanjutan. Kami hanya ingin duduk bersama dan mencari jalan tengah. Karena ini bukan hanya soal bus, tapi soal ribuan keluarga yang menggantungkan hidup dari sektor ini,” pungkas Dian.